Rasulullah Muhammad saw bukan hanya dikenal sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai pribadi dengan akhlak mulia yang sulit tertandingi. Bahkan Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Ayat ini menjadi fondasi bahwa misi kenabian bukan hanya menyampaikan wahyu, tapi juga membentuk manusia dengan akhlak yang luhur.

Dalam riwayat, banyak kisah menyentuh tentang kelembutan Rasulullah. Salah satunya adalah ketika seorang wanita tua kerap melempari beliau dengan sampah setiap kali beliau lewat di depan rumahnya. Suatu hari, Rasul tidak melihat wanita itu. Alih-alih merasa lega, beliau justru bertanya dan mengunjungi rumahnya. Ternyata sang wanita sedang sakit. Rasulullah menjenguknya dengan penuh kasih. Si wanita terharu dan akhirnya masuk Islam. Ini bukan hanya kisah manis, tapi pelajaran konkret bahwa akhlak sejati diuji justru pada saat kita diperlakukan tidak adil.

Rasulullah juga sangat peduli terhadap anak-anak. Beliau sering memangku cucunya, Sayyidina Hasan dan Husain, bahkan saat sedang khutbah di masjid. Ketika seorang sahabat menegur, beliau menjawab, “Siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi.” (Sumber: HR. Bukhari, no. 5997; HR. Muslim, no. 2318)

Sikap ini menunjukkan bahwa kasih sayang adalah jantung dari kepemimpinan dan kehidupan sosial. Dalam psikologi modern, pendekatan Rasulullah ini disebut emotional intelligence (kemampuan mengelola emosi dengan empati). Hari ini, ketika dunia dihiasi banyak kata namun minim keteladanan, akhlak Rasulullah ﷺ tetap menjadi cahaya yang membimbing. Bagi siapa pun yang ingin menjadi pribadi unggul, meneladani Rasul bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan.

💬 Yuk lanjutkan belajar kisah-kisah teladan lainnya bersama kami!
Follow & kunjungi sosial media kami:

🌐 Website & IG: @14teladanofficial

▶️ YouTube: 14teladan47

🎵 TikTok: @14.teladan