Malam ini, saya merasa terhibur sekali dengan obrolan teman-teman saya di grup kelas. Sebetulnya, obrolan mereka tidak penting-penting amat, tapi, saya merasa obrolan itu sangat seru. Jadi, dari sekitar pukul setengah 9 tadi, saya hampir selalu stand by dan menyimak kalimat demi kalimat obrolan yang teman-teman saya utarakan di grup.
Namun, di tengah-tengah itu, tiba-tiba ada salah satu teman saya yang menyinggung soal kriteria pasangan atau jodoh. Dia mengatakan bahwa kriteria pasangan atau jodohnya nanti adalah begini dan begitu, harus ini dan harus itu, serta masih banyak lagi. Tak pelak, singgungan salah satu teman ini akhirnya memancing reaksi lucu dari teman-teman lainnya.
Sebab, teman-teman lain merasa bahwa kriteria teman saya yang satu ini begitu tinggi dan sepertinya sulit ditemukan. Hehe, menyimak hal tersebut, saya hanya bisa tertawa-tawa kecil. Teman-teman kelas saya memang mempunyai selera humor yang besar. Perlu di ketahui, obrolan itu sendiri masih berlangsung sampai sekarang (sekitar pukul 21.20 WIB an).
Tetapi, saya tidak akan lebih jauh membahas obrolan itu. Lebih jauh, saya akan membahas soal singgungan salah satu teman saya yang berhubungan dengan kriteria pasangan atau jodoh tadi. Nah, kira-kira, menentukan kriteria pasangan atau jodoh seperti itu di bolehkan atau tidak ya dalam agama?
Jawabannya di bolehkan teman-teman. Bahkan, dalam beberapa keterangan, agama sendiri cukup mengatur soal itu. Diantaranya di anjurkan memiliki spesifikasi kaya, bernasab baik, berparas cantik atau ganteng, dan paham tentang keagamaan. Dan, saya pribadi pun menginginkan pasangan yang seperti itu.
Namun, dalam hal ini tentunya kita di haruskan untuk melakukan banyak ikhtiar pendukung. Karena, pasangan atau jodoh terbaik hanya akan di berikan kepada seseorang yang terbaik juga. Dalam ibadah, kerja keras, menuntut ilmu, dan lain-lain. Selain itu, yang paling penting jangan melupakan doa juga teman-teman.
Sebab, doa merupakan sesuatu yang dapat mempermudah segala urusan, termasuk dalam urusan menjemput pasangan atau jodoh yang seperti ini. Tetapi, teman-teman harus mengerti bahwa menjemput pasangan atau jodoh sebaiknya tidak di buru-buru (tanpa terkecuali).
Apalagi sampai menargetkan diri untuk menjemputnya di usia muda. Saya tidak melarang, hanya menganjurkan. Karena, menjemput jodoh atau menikah merupakan hal yang tergolong berat. Kita tahu bahwa menikah merupakan setengah dari ajaran agama, jadi, resiko dan tantangan-tantangan yang ada di dalamnya pasti tidak akan mudah (atau sebanding).
Kalau tidak percaya, teman-teman bisa melihat dan mengamatinya sendiri dalam contoh-contoh yang berada di sekitaran. Atau bisa juga mendengarnya dari cerita-cerita mereka di lapangan. Mulai dari pasangan suami-istri tetangga, kerabat, saudara dan lain-lain. Mereka pasti seringkali menemukan banyak cobaan dan ujian di dalamnya.
Yang membuat senang, sedih, kecewa, kesal dan seterusnya. Maka, membayangkan bahwa suatu ikatan pernikahan atau rumah tangga merupakan hal yang indah adalah sesuatu yang saya rasa sedikit keliru. Karena nyatanya, rata-rata, suatu ikatan pernikahan atau rumah tangga itu malah seringkali berbeda 180 ° dari bayangan kita.
Secara psikologis, usia pernikahan yang masih mengandung unsur-unsur keindahan dan sejenisnya juga dikatakan hanya berkisar 3 bulan. Oleh karenanya, tidak menggebu-gebu untuk secepatnya melangkah ke jenjang tersebut merupakan sesuatu yang bijak. Terutama bagi yang masih muda.
Apalagi bagi yang masih duduk di bangku pendidikan seperti SMA/SMK, Perguruan Tinggi (semester awal) dan seterusnya. Fokus terhadap pendidikannya terlebih dahulu mungkin hal yang lebih tepat. Soal pasangan atau jodoh sebetulnya kita tidak perlu khawatir. Karena, hal itu merupakan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari takdirnya Allah. Suatu saat, di waktu yang telah Allah tentukan (tepat), pasangan atau jodoh itu pasti akan datang. Kita yakin saja.
Mudah-mudahan, dalam hal ini Allah dapat memberikan kita pasangan atau jodoh yang terbaik ya (soleh/solehah, sesuai dengan kriter